Sabtu, 12 November 2011
Hip Hop Adalah Megaphone, MC Adalah Orator; Ucok a.k.a Morgue Vanguard (HOMICIDE)
Rubrik
3.Opini
Oleh: Bung Faza*
“Aku
katakan kepada kalian sabda batu kepada api/Bahwa di atas langit masih
terdapat lapisan langit/Bahwa di atas langit masih terdapat berlapis
surga tak berujung lapis/Sehingga semua makna hirarki langit hanyalah
persepsi muka bumi” (HOMICIDE―Siti Jenar Cipher Drive)
Tahun
pertama berkuliah di ITS, dengan segala macam gombalan-gombalan tentang
mahasiswa, sempat membuat jenuh dan terkadang sedikit penasaran. Tak
sengaja menemukan band yang cukup unik di salah satu jejaring sosial
musik. Sebuah gaya baru dalam memahami pergerakan mahasiswa. Hip hop! sedikit tidak nyambung, tapi sangat inspiratif sekali.
Ialah
Homicide. Band indie asal bandung beraliran hip hop yang memiliki ujung
tanduk bernama Ucok a.k.a Morgue Vanguard. Benar-benar menemukan
jalannya sendiri agar suaranya bisa didengar banyak orang. Lirik-lirik
politis, kasar, sarkas, blak-blakan, begitu kuat, cerdas, tajam-menyilet dan tanpa basa-basi menampar status quo
baik dalam bentuk tradisi hip hop lokal yang menyebalkan, hingga
tradisi musik politik yang selalu begitu-begitu saja. Mereka menyuguhkan
sesuatu yang benar-benar baru bagi saya. Politik yang menyebalkan
ditangan (mungkin lebih tepat di “mulut”) diubahnya mereka menjadi
begitu “rock n roll”
Sebelumnya, Ucok sendiri pernah tergabung dalam partai (PRD), tetapi karena kejeniusan analisisnya terhadap sesuatu yang quo,
akhirnya dia memilih keluar. Yang menarik adalah begitu keras
lirik-liriknya, baik tentang elit politik, ideologi, maupun agama.
Pernah ada selentingan dari FPI bahwa “darah Ucok adalah halal“. Memang,
begitu idealisnya dia tidak peduli dengan terror-teror yang ilancarkan
FPI. Justru idealisme yang dimilikinya membuat Ucok sampai sekarang
terus berkarya—“dakwah dalam lirik.”
Orang ini sangat membenci band Coklat,
karena dianggap meremehkan ideologi bangsa, mengkomersilkan
nasionalismenya, nasionalis yang diumbar akan berujung pada hilangnya
nilai-nilai yang terkandung. Ntah gaya berpikir apa yang Ucok jalani!
Dalam
beberapa lagunya, dia sering mengangkat isu HAM yg terjadi pada tahun
1998, lepas tangannya kasus Munir, bergejolaknya Palestina, dan
segerombolan orang tak berlogika meneriakkan Tuhan sambil membawa
parang!
Sayangnya,
karena keterbatasan biaya dan keterlibatan personil dalam banyak
pergerakan. Homicide akhirnya bubar, meskipun akhirnya Ucok membuat
proyek solo dengan tipe sama, Triggermortis.
Memang
faktanya, tokoh ini sangat menginspirasi saya dari berbagai sisi. Dari
sisi idealisme: saya jadi lebih terinspirasi untuk lebih berpikir
rasional, tanpa memandang suara orang lain tapi tetap memperhatikan,
menghargai pendapat dan kepentingan orang lain. Kalau sampai ada yang
menyentuh dan menggoyang zona nyaman kita, berkelahi sampai ”mati” bila
perlu.
Dari
sisi kepekaan lingkungan sekitar, saya terinspirasi untuk jadi lebih
“melek” kekinian mengenai negara kita, apalagi sebagai pemuda! Banyak
cara agar suara kita bisa didengar. Bahkan tanpa label apapun suara kita
bisa didengar meskipun tidak langsung massive. Toh! mikir negara tidak
harus selalu memiliki penampilan celana kain, rambut kelimis dengan
kacamata tebal.
Dari sisi kebebasan—maksudnya
kebebasan apapun dalam bertindak dan bersikap layaknya manusia. Kita
bebas berpikir, berpendapat, tanpa ada orang lain yang berhak melarang
hingga mengancam atas dasar apapun termasuk agama.
Inilah tokoh muda yang jarang dikenal orang, karena terlalu “bawah tanah”, anti-kapitalis, fuck dengan ketenaran dan tentunya tidak sama seperti band Coklat yang dengan gampangnya menjual nasionalismenya.
“Lupakan Columbus karena Bush dan Nike telah menemukan Amerika...” (Boombox Monger)
“Ekonomi membuat kami mendefinisikan otonomi pada mesin fotokopi...” (Boombox Monger)
“Karena aku adalah libido amarahmu yang terangsang dalam genangan darah selangkangan Shanty jika kalian menyebut perang bagian dari dakwah..” (Puritan)
“Ekonomi membuat kami mendefinisikan otonomi pada mesin fotokopi...” (Boombox Monger)
“Karena aku adalah libido amarahmu yang terangsang dalam genangan darah selangkangan Shanty jika kalian menyebut perang bagian dari dakwah..” (Puritan)
“Buat
saya, ada dua politik, yaitu politik pakai "P" besar, yang urusannya
sama partai, pemilu, dewan, dsb. Yang pening lah kalau dipikirin. Nah,
kita sebenarnya bisa ngomongin politik yang pakai "p" kecil. Gimana cara
kita mengorganisasi kawan-kawan kita, masyarakat terdekat, lalu punya
kekuatan sendiri untuk mengubah sesuatu ke arah yang dianggap lebih
baik. Paling tidak, nasib kita sendiri lah.” (Ucok)
“Politik
saya lebih radikal dari politik ke-kiri-kirian yang tentu lebih ekstrim
militansinya dari politik ke-kanan-kanan-an, dan tentu saja lebih
fundamental dari semua fundamentalis yang lebih organik dari semua
fondasi filsafat yang pernah lahir di muka bumi yang suka dijadiin ruang
pembenaran buat orang-orang yang gemar memilih ditengah-tengah…” (Ucok)
*Ryan Faza-Teknik Sipil ITS
No comments:
Post a Comment